Minggu, 12 April 2009

UPAYA PENGELOLAAN KELAS MELALUI METODE
CARD SHORT DIPADU DENGAN METODE GROUP DISCUSS
PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X D
MAN 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009

LAPORAN INDIVIDUAL PPLK II

Diajukan Kepada
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Tugas PPLK II tentang
Latihan Mengajar Berbasis PTK









Oleh

MUH. KASYFUL ABRORI
NIM: 243 052 142

JURUSAN TARBIYAH
Program Studi Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
NOPEMBER 2008
LEMBAR PERSETUJUAN
GURU PAMONG DAN KEPALA MADRASAH

Laporan PPLK II tentang Latihan Mengajar Berbasis PTK atas nama saudara:

Nama : MUH. KASYFUL ABRORI
NIM : 243 052 142
Jurusan : TARBIYAH
Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Judul : UPAYA PENGELOLAAN KELAS MELALUI
METODE CARD SHORT DIPADU DENGAN
METODE GROUP DISCUSS
PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
KELAS X D MAN 2 PONOROGO TAHUN
PELAJARAN 2008/ 2009

Telah diperiksa dan disetujui untuk dijadikan laporan.

Guru Pamong


NUR AFIF FAUZIYAH, S. Ag Tanggal ………………
NIP. 150 333 344


Kepala Madrasah


ABDULLAH, S. Pd Tanggal ………………
NIP. 150 190 123
LEMBAR PERSETUJUAN
DPL DAN KAPRODI

Laporan PPLK II tentang Latihan Mengajar Berbasis PTK atas nama saudara :

Nama : MUH. KASYFUL ABRORI
NIM : 243 052 142
Jurusan : TARBIYAH
Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Judul : UPAYA PENGELOLAAN KELAS MELALUI
METODE CARD SHORT DIPADU DENGAN
METODE GROUP DISCUSS
PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
KELAS X D MAN 2 PONOROGO TAHUN
PELAJARAN 2008/ 2009


Telah diperiksa dan disetujui untuk dijadikan laporan.


Ketua Program Studi PAI Ponorogo,
STAIN Ponorogo Dosen Pembimbing Lapangan


BASUKI, M. Ag ELFI YULIANI ROHMAH, M. Pd. I
NIP. 150 327 277 NIP. 150 285 892




ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas sehingga menjadi efektif dan efisien. Ternyata selama ini guru masih menggunakan metode yang konvensional sehingga murid menjadi jenuh dan guru sulit untuk mengelola kelas menjadi efektif dan efisien.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan dan mengevaluasi pengelolaan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss dinilai sangat efektif. Karena dengan metode ini diharapkan dapat merubah metode guru yang masih konvensional.
Hasil penelitian membuktikan bahwa metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss terbukti signifikan: 1) Dapat meningkatkan pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien. 2) Aktifitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss menjadi lebih semangat. 3) Keberhasilan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss terhadap pengelolaan kelas yang efektif dan efisien dapat dibuktikan dengan nilai siswa yang sangat memuaskan dan waktu pembelajaran relatif lebih cepat.

Kata kunci: Pengelolaan kelas, Card Short dan Group Discuss, Pelajaran Aqidah
Akhlak









KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan seru sekalian alam, tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah menuju zaman islamiyah. Selanjutnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: UPAYA PENGELOLAAN KELAS MELALUI METODE CARD SHORT DIPADU DENGAN METODE GROUP DISCUSS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X D MAN 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009 dapat diselesaikan dengan baik semoga ada manfaatnya. Amin.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat laporan PPLK 2 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ponorogo.
Penulis memahami sepenuh hati bahwa laporan ini tidak dapat mungkin dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Ketua STAIN Ponorogo yang telah menerima penulis untuk menuntut ilmu di lembaga pendidikan ini.
2. Segenap civitas akademika STAIN Ponorogo
3. Ibu Elfi Yuliani Rohmah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk sehingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ponorogo yang telah menerima dan memberi izin penelitian.
5. Ibu Nur Afif Fauziah, S.Ag selaku guru pamong yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama melaksanakan PPLK 2.
6. Ibu dan adik tersayang yang telah membantu baik tenaga maupun fikiran.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya secara satu per satu yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan laporan ini.
Semoga semua amal baik mereka diridhai oleh Allah SWT dan diterima sebagai amal shalih serta dibalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi siapa yang membacanya, kritik dan saran tetap penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini.


Ponorogo,
Penulis


Muh. Kasyful Abrori


















DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN GURU PAMONG DAN KEPALA MADRASAH i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DAN KAPRODI. ii
ABSTRAK iii
HALAMAN KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Rumusan Masalah 3
D. Hipotesis Masalah 3
E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas 3
F. Manfaat Hasil Penelitian Tindakan Kelas 3
G. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas 4
1. Objek Tindakan Kelas 4
2. Setting/ Lokasi/ Subjek Penelitian Tindakan Kelas 4
3. Teknik Pengumpulan Data 4
4. Teknik Analisis Data 5

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 6
A. Kajian Teori 6
1. Pengelolaan Kelas 6
2. Card Short dan Group Discuss 13
3. Pelajaran Aqidah Akhlak 18




BAB III : HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS 31
A. Gambaran Setting Penelitian 31
B. Penjelasan Per- Siklus 32
C. Proses Analisis Data Per- Siklus 35
D. Pembahasan Dan Pengambilan Kesimpulan 37

BAB IV : PENUTUP 38
A. Kesimpulan 38
B. Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN
o RPP I, RPP II, RPP III dan RPP IV
o Transkrip hasil pengamatan kegiatan pembelajaran RPP I, RPP II, RPP III dan RPP IV
o Catatan feedback dari guru pamong dan siswa/ siswi kelas yang diajar















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Jangankan bagi guru yang baru menerjunkan diri ke dalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesional pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Namun begitu tidak pernah guru merasa jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali mengajar di kelas.
Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu adalah prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang telah ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar dan mengajar.
Dalam penelitian langsung di lapangan yang dilakukan pada tanggal 29 Oktober sampai 19 November 2008 telah diketemukan masalah yaitu mengenai pengelolaan yang bisa dikatakan belum efektif dan efisien. Terbukti dengan siswa yang ramai sendiri dan nilai atau prestasi belajar siswa yang minim. Hal ini terjadi karena guru kurang bisa melakukan pengelolaan kelas yang efektif karena jumlah siswa yang begitu banyak lebih- lebih lagi siswa juga bersifat heterogen.
Sungguhpun begitu ternyata keinginan agar tugas mengelola kelas bukan menjadi beban yang berat, adalah suatu harapan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Apalagi bila kelas yang akan dikelola itu dengan jumlah siswa yang besar lebih dari dua puluh empat orang siswa maka seorang guru akan mengalami kesulitan untuk mengelola kelas menjadi efektif dan efisien. Salah satu strategi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara menggunakan metode yang tepat dan juga melibatkan seluruh siswa yang ada sehingga mereka tidak merasa dikesampingkan.
Melihat realita tersebut di atas maka peneliti mengambil judul penelitian “UPAYA PENGELOLAAN KELAS MELALUI METODE CARD SHORT DIPADU DENGAN METODE GROUP DISCUSS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS X D MAN 2 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009 “.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran secara konvensional (ceramah) untuk mata pelajaran Aqidah Akhlak sebenarnya sudah cukup efektif. Tapi bila seorang guru harus ceramah terus maka siswa cenderung pasif apalagi jika dalam satu kelas terdiri lebih dari dua puluh empat siswa maka metode ceramah dirasa menjadi kurang efektif. Belum lagi jika seorang guru mempunyai suara yang kurang keras maka bagi siswa yang duduk di belakang mungkin tidak mendengar apa yang telah dijelaskan oleh guru.
Selain itu dalam hal pengelolaan kelas akan mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal tersebut seorang guru dapat menggunakan metode potongan- potongan kertas (Card Short) yang berisi materi kemudian siswa disuruh mengurutkan sehingga menjadi sebuah konsep yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan metode Group Discuss (diskusi kelompok). Dengan metode tersebut diharapkan seluruh siswa dapat aktif dalam pembelajaran walaupun metode ini masih berkelompok tapi semua siswa akan menjadi aktif.
Selain itu juga metode ini membutuhkan kekompakan antar kelompok. Jika dalam satu kelompok ada yang tidak setuju maka konsep tersebut tidak akan berhasil. Dari sini guru dapat mengelola kelas secara efektif. Karena dalam satu kelas akan dibagi menjadi empat (4) kelompok besar. Sehingga guru lebih mudah untuk mengelola kelas. Selain itu juga metode ini dapat dikatakan menjadi efisien karena materi pelajaran akan menjadi lebih cepat untuk dapat diselesaikan.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss dapat meningkatkan pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien ?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss?
3. Sejauh mana keberhasilan metode Card Short yang dipadu dengan metode Group Discuss terhadap pengelolaan kelas yang efektif dan efisien ?

D. Hipotesis Tindakan Kelas
1. Hasil pengelolaan kelas akan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Aktivitas siswa menjadi lebih semangat karena metode ini bisa dikatakan juga belajar sambil bermain.
3. Keberhasilan pengelolaan kelas menjadi lebih efektif karena guru akan lebih mudah untuk mengelola kelas, selain itu juga menjadi efisien karena materi pelajaran akan lebih cepat selesai.

E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan PTK ini adalah untuk meningkatkan pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien melalui metode Card Short yang dipadu dengan metode Group Discuss.

F. Manfaat Hasil Penelitian Tindakan Kelas
1. Memiliki gambaran tentang pengelolaan kelas yang efektif dan efisien.
2. Dapat mengeidentifikasi masalah yang timbul di kelas sekaligus mencari solusi pemecahannya.
3. Dipergunakan untuk menyusun program peningkatan efektifitas pembelajaran pada tahun berikutnya.

G. Metodelogi Penelitian Tindakan Kelas
1. Objek Tindakan Kelas
Objek Tindakan PTK ini tentang pengelolaan siswa yang efektif dan efisien meliputi:
a. Keaktifan siswa.
b. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes.
c. Ketersampaian penyampaian materi.
2. Setting/ Lokasi/ Subjek Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pelajaran Aqidah Akhlak di MAN 2 Ponorogo kelas X D tahun pelajaran 2008/ 2009.
Subjek Pelaku Tindakan adalah Guru Aqidah Akhlak kelas X D.
Subjek penerima tindakan adalah 40 siswa kelas X D semester I tahun pelajaran 2008/ 2009.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Partisipasif
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam penelitian ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari- hari orang yang sedang diamati dan atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data dan ikut merasakan suka duka. Dengan observasi partisipatif ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari pelaku yang nampak.
Format observasi dalam penelitian ini menggunakan media foto sebagaimana terlampir dalam laporan penelitian ini.
b. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Transkip dokumentasi dapat dilihat dalam laporan penelitian ini.

c. Wawancara tak berstruktur
Wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis besar yang menjadi permasalahan.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam- macam dan dilakukan secara terus- menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus- menerus itu mengakibatkan varian data tinggi sekali. Data yang diperoleh biasanya adalah data yang kualitatif sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada pola yang jelas.
Dalam penelitian PTK ini data analisis pada saat pengumpulan data dan setelah selesai pengumpulan data yaitu dengan melakukan refleksi, dengan menggunakan analisis konvensional. Data ini akan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang terseleksi.













BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas ditinjau dari paham lama adalah mempertahankan ketertiban kelas sedangkan menurut pengertian baru pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat- alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya pada tugas individual.
Menurut Syaiful Djamarah dan Aswan Zain dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memlihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain adalah kegiatan- kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Dalam perspektif sejarah pengelolaan kelas dan disiplin telah banyak ditulis selama akhir abad 20. walaupun demikian, sekolah dengan pengelolaan kelas masih diteliti, didiskusikan dan diperdebatkan dalam tulisan sejak adanya wajib belajar sekolah. Arthur C, (1990) dalam buku The management of a City School, mengidentifikasi sejumlah sifat- sifat dan ketrampilan mengelola kelas yang sebaiknya dimilki guru yang efektif.
Walaupun sifat- sifat kepribadian tidak mudah diubah atau dimodifikasi (dan bahkan sulit diukur), tetapi perlu kita ketahui bahwa sifat- sifat seorang guru dapat mempengaruhi tingkah laku siswa secara positif maupu negatif. Berikut adalah sifat- sifat guru yang diharapkan siswa.
a. Sikap tenang. Guru yang tenang membuat siswa tidak stress. Guru yang dapat mengontrol dirinya akan memberi kesan pada siswa bahwa guru mempunyai cadangan yang tidak habis- habisnya, sehingga tak ada gunanya untuk menjajagi atau mencoba.
b. Teguh dan tegas. Siswa menaruh hormat terhadap guru yang teguh pendirian dan tegas bertindak. Siswa akan berpikir lebih dulu untuk melakukan tindakan yang menyimpang jika menhadapi guru yang tegas.
c. Rajin dan kuat. Guru yang rajin dan semangat untuk bekerja akan menjalar pada siswa- siswanya. Siswa tidak akan ragu- ragu dalam melakukan tugas karena contoh yang baik dari guru yang rajin.
d. Gembira. Guru yang bergembira dan bersemangat akan menghasilkan kerja yang memuaskan. Semua masalah dihadapi dengan bergembira, karena tahu semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
e. Simpati. Simpati yang artinya lebih dalam, yaitu simpati yang betul- betul wajar; secara jujur guru ingin mendapat pandangan dari sudut siswa, menghargai masalahnya, masuk ke dalam kehidupan siswa, dan membantu siswa yang juga berarti membantu dirinya sendiri.
f. Hangat. Kebutuhan akan kehangatan bukanlah sesuatu yang terlalu emosional. Guru yang lembut dan menghargai siswa akan tampak ketika berhubungan dengan siswa. Guru dapat berusaha menjadi dekat dengan siswa- siswanya di kelas dengan mengucapkan kata- kata bersahabat, membungkuk untuk bercakap- cakap dengan siswa, meletakkan tangan pada bahu mereka untuk satu menit. Tetapi guru- guru yang menyukai anak- anak akan menunjukkan secara spontan menerima perasaan anak- anak dan menghargainya.
g. Waspada. Guru yang mempunyai ketajaman telinga dan persepsi yang terlatih hanya sedikit terpengaruh jika terjadi sesuatu yang hilang dari perhatiannya.
h. Terbuka dan adil. Siswa akan memaafkan apapun yang terjadi pada guru, kecuali ketidakterbukaan atau sikap memihak. Siswa akan lebih bersedia menerima hukuman atau pekerjaan rumah yang sulit, jika mereka tahu dan percaya bahwa guru mereka memperlakukan siswa dengan adil. Seorang guru yang menghukum siswa dengan keras yang tidak sesuai dengan situasi dapat menciptakan kebencian.
i. Sikap terhadap kesalahan. Guru sebaiknya lebih toleran terhadap kesalahan yang dibuat oleh siswa. Seorang siswa yang membuat kesalahan karena menjawab terlalu cepat dapat dibantu untuk lebh pelan sebelum menjawab. Seorang siswa akan berhati- hati untuk menghindari kesalahan, dapat didorong untuk tidak takut menghadapi kesalahan.
j. Aturan, sistem dan kerapian. Nilai, aturan, sistem dan kerapian yang tercermin pada guru akan tercermin pula pada siswa. Jika segalanya sesuai dengan aturan yang berlaku, maka kecil kemungkinan terjadi penyimpangan tingkah laku di kelas.
k. Kompeten. Guru yang kompeten dalam mengajar berpengaruh besar pada tugas- tugas akademik siswa. Penguasaan bahan pelajaran siswa tergantung pada pengetahuan guru tentang mata pelajaran, kebikjaksanaan dalam memilih bahan yang tepat, dan strategi penyampaian bahan kepada siswa. Kompetensi juga termasuk kemampuan merencanakan pelajaran secara hati- hati sebelum masuk kelas, mengorganisasi bahan, membuat diagram. Guru di satu pihak menangani pelajaran secara kompeten, di lain pihak menentramkan siswa dan membantu siswa menguasai pelajaran.
l. Kesarjanaan. Kesarjanaan sendiri tidak akan mendisiplin kelas, tetapi guru yang menyandang gelar sarjana (professor, doktor, sarjana pendidikan, dsb) membuat siswa hormat terhadap guru merupakan dasar yang baik dalam memupuk kontrol kelas secara keseluruhan.
Perspektif psikologi menjelaskan tentang pengelolaan kelas berasal dari bagian psikologi. Dua teori psikologi yang paling umum berhubungan dengan pengaturan kelas berdasarkan teori Skinner dan Rogers. Baik Skinner maupun Roger telah membuat program atau model untuk pengaturan kelas. Banyak dari pendekatan untuk pengelolaan kelas sekarang berdasarkan teori ini.
Reinforcement. B. F. Skinner (1957) menggambarkan tingkah laku manusia sebagai hasil dari lingkungan. Jika lingkungan dapat dikontrol melalui reinforcement, maka tingkah laku manusia dapat dibentuk atau diubah. Siswa memperlihatkan bermacam- macam tingkah laku di kelas. Contoh, jika guru menanyakan suatu pertanyaan di kelas, beberapa siswa mengacungkan tangan mereka, sedangkan yang lain mejawab sambil berteriak. Tingkah laku keduanya adalah wajar untuk siswa pada waktu itu. Guru ingin siswa sebelum menjawab mengacungkan tangannya terlebih dahulu daripada menjawab dengan berteriak dan mengganggu saat tanya jawab. Dengan menggunakan prinsip- prinsip reinforcement guru hanya akan memberi kesempatan pada siswa yang akan menjawab dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu. Reinforcement kemungkinan menambah tingkah laku khusus yang akan berlanjut pada waktu yang akan datang. Pada contoh ini guru memperkuat tingkah laku siswa yang mengacungkan tangan mereka. Melupakan siswa yang menjawab dengan berteriak akan memperkecil reinforcement untuk tingkah laku ini dan mengurangi kemungkinan hal itu terjadi lagi. Bagaimanapun, banyak guru membuat kesalahan dengan memperhatikan siswa yang menjawab dengan berteriak, dan secara tidak sadar, memperkuat tingkah laku siswa yang berteriak dan mengabaikan siswa lain yang melanjutkan mengacungkan tangan.
Mengubah tingkah laku. Ide psikologi Skinner diterjemahkan ke dalam praktek pendidikan pada awal tahun 1970 melalui konsep modifikasi (mengubah) tingkah laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan pada standar tingkah laku. Jika guru dapat mengontrol lingkungan kelas, maka tingkah laku siswa dapat diubah untuk dicocokkan dengan standar tingkah laku. Banyak reinforcer yang digunakan untuk mengubah tingkah laku siswa, meliputi hadiah (reward) untuk tingkah laku yang tepat atau hukuman untuk tingkah laku yang tidak tepat. Beberapa guru- guru TK atau SD menggunakan sticker; bintang, suatu mainan yang menyenangkan, dan hadiah lain yang nyata untuk memperkuat tingkah laku yang tepat di kelas. Konsekuen untuk tingkah laku yang tidak tepat meliputi kehilangan waktu untuk bebas, tetap tinggal di kelas setelah sekolah usai, atau memindahkan siswa untuk duduk di belakang. Guru- guru di SMA yang menggunakan prinsip- prinsip perubahan tingkah laku cenderung menekankan hadiah yang tidak nyata, seperti pujian atau memberikan peranan pemimpin di kelas. Sebagai konsekuensi untuk tingkah laku yang tidak tepat, guru SMA selalu menekankan penahanan setelah usai sekolah dan mengancam akan menggunakan hukuan tidak boleh masuk sekolah selama seminggu atau lebih untuk masalah tingkah laku yang berat.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa yang merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Dasar dari Group Process Approach ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut:
a. Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/ guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas. Dengan kata lain kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual.
b. Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/ guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa dan bahkan juga guru untuk bekerja sama dalam kelompok (group studies) yang harus dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik daripada bilamana siswa belajar sehari- hari (produktif). Kegiatan guru sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan berupa guru regu mengajar (team teaching) yang bertugas membantu kelompok belajar.
Unsur- unsur pengelolaan kelas dalam pendekatan proses kelompok dapat diwujudkan kelompok produktif dan efektif adalah:
a. Harapan timbal balik tingkah laku guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kelas yang baik ditandai oleh dimilikinya harapan yang jelas dan realistik bagi semua pihak.
b. Sifat kepemimpinan baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa yang mengarahkan keadaan kelompok ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c. Pola persahabatan antar kelas semakin baik ikatan persahabatan diantara siswa semakin besar peluang kelompok menjadi produktif.
d. Norma- norma kelompok yang produktif dimiliki dan dipertahankan sedangkan norma yang kurang produktif dibuang atau diubah hingga menjadi norma yang produktif.
e. Terjadinya komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya reaksi yang ditunjukkan oleh orang yang diberi pesan jadi terdapat hubungan pribadi antara pemberi dan penerima pesan. Hal ini akan terjadi apabila ada kesamaan bahasa, persamaan persepsi dan tingkat pemikiran.
f. Kekohesifan (akrab) yaitu perasaan keterikatan masing- masing anggota terhadap kelompok secara keseluruhan. Derajat perasaan keterikatan semakin tinggi maka anggota akan memperoleh kepuasan sebagai hasil dari keanggotaanya dalam kelompok yang bersangkutan.
Bukanlah kesalahan professional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik di dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan tidak mau terlibat di dalam kelas. Strategi itu adalah:
a. Modifikasi tingkah laku
Guru hendaklah menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian perbuatan secara sistematis.
b. Pendekatan pemecahan masalah kelompok
Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
- memperlancar tugas- tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
- Memelihara kegiatan- kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
c. Menentukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul dan ia mengetahui sebab- sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahan masalah

2. Card Short dan Group Discuss
Untuk melaksanakan proses belajar- mengajar tersebut Muhammad Nurdin (2004: 106) mencoba mengulas dan membahas tentang metode dan strategi belajar- mengajar tersebut, baik metode dan strategi yang lama atau baru.
Tabel Metode Mengajar

No Metode Langkah- Langkah Aplikatif Modifikasi
1 Card Short  Motivasi dan guru.
 Bagi kertas (kartu) kosong secara acak.
 Guru mencari kata kunci di papan.
 Siswa mencari kata sejenis (satu tema) dengan temannya.
 Diskusi kelompok berdasarkan temanya.
 Menyusun kartu di papan dan masing- masing kelompok presentasi. Diaplikasika untuk pendalaman materi yang berkaitan dengan bagian- bagian atau ciri- ciri

Kelompok yang dimaksud dalam strategi belajar- mengajar ini adalah dynamic group (kelompok dinamik). Tidak semua kumpulan manusia termasuk dalam apa yang kita maksud dengan kelompok (dinamik). Organisasi sosial adalah suatu kelompok, tetapi tidak termasuk dynamic group.
Kelompok dinamik yang kita maksud dalam strategi belajar mengajar ini mempunyai lima ciri pokok sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a. Interaksi. Anggota- anggota suatu kelompok terikat pada pokok pembicaraan tertentu. Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi. Ini terjadi dalam bentuk tatap muka, walaupun dengan kemajuan teknologi komunikasi dapat juga terjadi melalui alat komunikasi (telepon, televisi).
b. Tujuan. Suatu kelompok diskusi mempunyi tujuan bersama yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas, maka kelompok itu mengalami disintegrasi. Tujuan yang samar- samar menyebabkan kurangnya motivasi di antara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan. Ikatan kelompok menjadi kurang kukuh, kohesifitasnya lemah. Sifat pentingnya tujuan mewarnai juga pekerjaan kelompok. Oleh karena itu, sebelum kelompok membahas permasalahan, setiap anggota harus memahami secara jelas tujuan yang ditargetkan dalam diskusi. Begitu tujuan telah tercapai, kelompok itu membubarkan diri. Tetapi kalau tujuan itu dirasakan penting, dan kalau kelompok itu kohesif, maka sekalipun kelompok itu membubarkan diri, ikatan yang telah terbentuk itu tidak hilang begitu saja.
c. Kepemimpinan. Fungsi kepimpinan ini tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi dapat berpindah- pindah dari satu kepada yang lain. Pada saat seseorang berbicara, maka dialah pemimpin pembicaraan di dalam kelompok.
Perpindahan fungsi kepemimpinan ini berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus pembicaraan kelompok itu. Sering juga kepemimpinan suatu kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota- anggota kelompok itu sendiri.
Fungsi kepemimpinan itu di bagi- bagi di antara anggota kelompok guna memanfaatkan secara optimal kelbihan yang ada pada setiap anggota. Tingkah laku yang tampak dalam fungsi kepemimpinan itu ialah:
• Prakarsa (insentif); mengemukakan pendapat tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya di dalam kelompok.
• Menyumbang informasi, memberi informasi yang relevan guna membantu kelompok menyelesaikan masalah.
• Pendapat, yaitu memberi pendapat tentang sesuatu yang dibicarakan atau dikerjakan.
• Klarifikasi, memeperjelas dan mempertegas kembali pendapat anggota lain sehingga setiap anggota memahami dengan jelas.
• Kontrol, meyakinkan bahwa pekerjaan telah terlaksana sebagaimana mestinya pada tahap- tahap tertentu.
• Standar, mengemukakan tolak ukur atau patokan untuk mengidentifikasi kualitas dari urunan pendapat dan partisipasi anggota.
• Harmonisasi, mengurangi ketegangan atau konflik yang muncul dalam kelompok.
• Perangkuman, yaitu meninjau ulang dan menyimpulkan apa yang telah dilakukan.
• Regulasi, menjaga adanya giliran berbicara yang lebih merata di antara anggota kelompok
d. Norma. Setiap anggota dalam kelompok terikat pada norma- norma tertentu. Umumnya norma- norma tiu bersifat implisit tetapi sering juga sering juga dinyatakan secara eksplisit. Norma- norma tersebut harus ditaati oleh anggota kelompok
e. Emosi. Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan- cetusan emosional tertentu. Rasa bosan, kecewa, senang, kesal, tertarik, merasa ditolak, merasa bangga, dan sebagainya, semuanya bisa terjadi jika seorang aktif di dalam kelompok. Untuk membina perasaan- perasaan positif, setiap anggota harus mengakui kehadiran sesamanya. Di dalam kelompok timbul dua bentuk perasaan, yaitu persaan individu dan perasaan kelompok. Suatu kelompok bisa merasa frustasi karena tidak mencapai tujuan yang diharapkan. Gejala seperti ini menunjukkan bahwa kelompok belum bekerja secara fungsional.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kelompok, antara lain:
a. Anggota yang sok tahu, yang selalu tidak setuju dan tidak menghargai pendapat orang lain. Sifat yang demikian menghambat proses kerja dan menghurangi kekompakkan dan interaksi dalam kelompok. Untuk mengatasi masalah ini sangat bergantung pada kebijakan pimpinan kelompok.
b. Anggota yang suka berbicara, berbicara terlalu banyak sehingga anggota lain bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai pendengar.
c. Kepopuleran anggota. Anggota yang populer paling sedikit di kalangan anggota kelompok, yang menjadi favorit anggota kelompok. Umumnya pendapat anggota yang demikian diterima secara kurang kritis walaupun pemikiran ditolak, walaupun pemikiran itu cukup andal.
d. Status sosial anggota. Ada anggota yang statusnya lebih tinggi dan kurang mampu mengintergrasikan diri dengan anggota- anggota lain, kehadirannya sering membuat anggota lain merasa terancam, takut, merasa tidak tenteram. Untuk mengatasi hal semacam ini, perlu dikembangkan sikap saling menghargai dan mempercayai.
e. Perasaan ragu. Interaksi antar anggota dapat juga terhambat karena ada anggota yang ragu- ragu mengemukakan pendapatnya karena selalu memperhitungkan reaksi orang lain terhadap apa yang akan dikemukakan. Sikap demikian muncul karena anggota belum saling mengenal, atau karena sikap yang keliru terhadap kebenaran ilmu pengetahan.
f. Merasa rendah diri sehingga mudah tersinggung jika dikritik, reaksi berlebihan jika mendapat pujian, mengangggap bahwa semua kecaman atau kritik diarahkan pada dirinya, suka mengecam atau merendahkan orang lain.
g. Anggota yang selalu siap membantu, baik dalam memberikan informasi, saran, atau tenaga yang diperlukan dalam proses kerja kelompok.
h. Besarnya kelompok. Interaksi dalam kelompok dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi, dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Dengan metode diskusi kelompok sebagai salah satu metode pengajaran, siswa belajar bagaimana belajar dari orang lain, bagaimana menanggapi pendapat orang lain, bagaimana memelihara kesatuan kelompok, dan belajar tentang teknik- teknik pengambilan keputusan yang amat berguna bagi mereka dalam kehidupan bernasyarakat. Pengalaman belajar yang demikian tidak akan terjadi jika guru menyajikan pelajran dengan metode ceramah.
Dengan membagi siswa menjadi empat kelompok maka akan memberi siswa tanggung jawab untuk mempelajari materi pelajaran dan menjabarkan isinya dalam sebuah kelompok tanpa campur tangan guru. Tugas yang diberikan mesti jelas betul untuk memastikan bahwa sesi belajar yang dihasilkan akan efektif dan kelompok bisa mengatur dirinya sendiri.

3. Pelajaran Aqidah Akhlak
a. Pengertian
Pendidikan Aqidah dan Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam meyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku. Akhlak mulia dalam kehidupan sehari- hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
b. Fungsi dan Tujuan
1. Fungsi
Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk: (a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat; (b) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial; (d) Perbaikan kesalahan- kesalahan, kelemahan- kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran Agama Islam dalam, kehidupan sehari- hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal- hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dihadapinya sehari- hari; (f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya; dan (g) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Aqidah dan Akhlaq pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
2. Tujuan
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
c. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Aliyah berisi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun Islam secara ilmiah serta pengamalan dan pembiasaan berakhlaq Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari- hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlaq meliputi:
1. Aspek Aqidah
Aspek Aqidah ini meliputi sub- sub aspek: kebenaran Aqidah Islam, hubungan Aqidah Akhlaq, ke- Esaan Allah Swt, kekuasaan Allah Swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Besar, Maha Adil, dengan argumen dalil aqli dan naqli. Meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Rasul terakhir, meyakini kebenaran Al –Qur’an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qada’ dan qadar, hubunan usaha dan doa, hubungan perilaku manusia dan doa, hubungan perilaku manusia dengan terjdinya bencana alam disertai argumen dalil naqli dan aqli.
2. Aspek Akhlak
Aspek Akhlaq yang meliputi: beradab secara Islam dalam bermusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlaq terpuji kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah, untuk memperkokoh integritas dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama Rasul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, seperti membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat kerusuhan, mengkonsumsi/ mengedarkan narkoba, dan malas bekerja (pengangguran).
3. Aspek Kisah Keteladanan
Aspek kisah keteladanan yang meliputi: mangapresiasi dan meneladani sifat dan perilaku sahabat utama Rasulullah Saw dengan landasan argument yang kuat.
d. Standar Kompetensi Bahan Ujian
Dengan landasan Al- Qur’an dan Sunnah Nabi SAW; peserta didik beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia atau berbudi pekerti luhur yang trcermin dalam perilaku sehari- hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar; mampu menjaga kemurnian Aqidah Islam; memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi dengan dalil- dalil naqli (Al-Qur’an dan Qadist), dalil aqli, maupun dalil mijdani (perasaan halus), serta menjadi pelaku ajaran Islam yang loyal, komitmen dan penuh dedikasi baik untuk keluarga, masyarakat maupun bangsanya, dengan tetap menjaga terciptanya kerukunan hidup beragama yang dinamis.
e. Rambu- Rambu
Pengembangan kompetensi dan hasil belajar dalam kurikulum ini memperhatikan:
• Keterkaitan; Rumpun belajar bukan merupakan subjek berdiri sendiri atau terasing satu sama lainnya. Hasil belajar dalam kurikulum ini saling berhubungan sebagaimana kompetensi peserta didik dalam dunia nyata.
• Pengembangan keseluruhan; Semua pengalaman belajar dirancang secara keseluruhan mulai dari pendidikan usia dini sampai dengan kelas XII.
• Luwes; Kompetensi dalam kurikulum ini disesuaikan dengan kebutuhan Madrasah masyarakat yang berbeda. Kompetensi yang dikembangkan juga responsif terhadap perubahan sosial dan teknologi serta dapat memenuhi kebutuhan peserta didik yang timbul karena proses perubahan tersebut.
• Kompetensi yang dikembangkan; Kurikulum mendorong peserta didik menghubungkan gagasan, manusia, dan benda, serta mengaitkan kejadian dan gejala lokal nasional dan global. Dengan demikian, mendorong peserta didik untuk melihat berbagai bentuk pengetahuan terkait dan bagian- bagian pengetahuan secara utuh.
• Berorientasi pada peserta didik; Para peserta didik berkembang dan belajar denan kecepatan dan cara berbeda. Mereka membangun pengetahuan dan pemahaman baru dengan mengaitkannya pada pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Kompetensi pada kurikulum dan hasil belajar, mengakomodasi kebutuhan ini.






1. Pendekatan Pembelajaran
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:
a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil- hasil pengamalan akhlaq mulia dalam kehidupan sehari- hari.
c. Pembiasaan, melaksanakna pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al- Qur’an dan Hadist serta dicontohkan oleh para ulama.
d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlaq dengan pendekatan yang mengfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai- nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
e. Emosioanal., upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlaq mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi Aqidah dan Akhlaq yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari- hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang memliki keimanan teguh dan berakhlaq mulia.
2. Penilaian
Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai hasil pembelajaran Aqidah Akhlaq, perlu dilakukan penilaian dengan rambu- rambu sebagai berikut:
a. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku mereka.
b. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit satuan jenjang tertentu.
c. Penilaian hasil belajar Aqidah dan Akhlaq adalah upaya pengumpulan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi meliputi: pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar ini dilakukan sepenuhnya oleh Madrasah yang bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam memasuki jenjang berikutnya.
d. Penilaian hasil belajar Aqidah dan Akhlaq secara nasional dilakukan dengan mengacu pada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar, dan indikator yang telah ditetapkan di dalam Kurikulum Nasional. Penilaian tingkat nasional berfungsi untuk memperoleh informasi dan data tentang mutu hasil penyelenggaraan mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq.
e. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik.
f. Penilaian dilakukan secara tes dan non tes.
g. Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan menggunakan cara non tes, seperti skala penialaian, observasi, dan wawancara.
h. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan instrumen lainnya.
i. Secara umum penilaian dalam pembelajaran Aqidah dan Akhlaq dapat dilihat pada buku Pedoman Khusus Aqidah dan Akhlaq.
3. Pengorganisasian Materi
Pengorganisasian materi pada hakekatnya adalah kegiatan mensiasati proses pembelajaran denga perancangan/ rekayasa terhadap unsur- unsur instrumen tak melalui upaya pengorganisasian ini materi yang rasional, menyeluruh dan berkelanjutan. Pengorganisasian materi perlu mempehaitkan ruang lingkup (scope), urut- urutan (sequente), dan keterkaitan (syntherizing) isi materi. Pengembangan materi bisa menggunakan model hirarkis, prosedural, webbed atau tematik sesuai karakteristik materi. Prose perancangan dan pelaksanaan isi materi hendaknya memperhatikan prinsip- prinsip antara lain; (1) dari mudah ke sulit; (2) dari sederhana ke komplek; (3) dari konkret ke abstrak.
4. Nilai- Nilai
Setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik mengandung nilai- nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari- hari, misalnya mengajarkan tanda- tanda orang yang beriman kepada Allah, malaikat dan rasul- Nya, selain keharusan menyampaikan ciri- cirinya juga terkadung nilai keadilan, kejujuran, kedisiplinan dan lain- lain. Nilai- nilai inilah yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam Pendidikan Aqidah Akhlaq.
5. Aspek Sikap
Untuk mata pelajaran Aqidah Akhlaq selain dikaji masalah yang bersangkutan dengan aspek pengetahuan, aspek fungsionalnya diutamakan pada aspek sikap, sehinggga kelak peserta didik mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlaq mulia. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, perlu didukung oleh keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dan seluruh komponen madrasah lainnya.
6. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan untuk mendukung kegiatan intrakurikuler, misalnya melakukan kegiatan shalat jama’ah di madrasah, pesantren kilat, infaq ramadhan, peringatan hari- hari besar Islam bakti sosial dan lain- lain.
7. Keterpaduan
Pola pembinaan Pendidikan Aqidah Akhlaq dikembangkan tiga pola keterpaduan yaitu:
a. Keterpaduan pembinaan, yakni memnekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, madrasah, dan masyarakat. Untuk itu guru Aqidah dan Akhlaq perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan Agama Islam yang dialami oleh peserta didik di dua lingkungan lainnya (keluarga dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesesuaian sikap serta perilaku dalam pembinaanya.
b. Keterpaduan isi dan kompetensi, yakni menekankan keterpaduan keterkaitan antara Aqidah dan Akhlaq dan keteladanan. Pencapaian kompetensi pada setiap level/ kel;as dirancang dpat mengaitkan keterkaitan dua unsure yaitu : (a) Pendidikan Aqidah dan Akhlaq, dan (b) unsur keteladanan dan keterpaduan aspek pengetahuan, sikap dan pengamalan.
c. Keterpaduan lintas kurikulum, menekankan keterpaduan tanggunag jawab lembaga, kepala madrasah dan guru mata pelajaran lain dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.



Standar Kompetensi Kelas X
Semua Program
Standar Kompetensi: Memahami dan meyakini hakikat Aqidah Islam dan
Akhlak Islam serta mampu menganalisis secara
ilmiah hubungan dan implementasinya dalam
kehidupan sehari- hari.

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
Memahami makna hakiki Aqidah Islam  Menjelaskan pengertian Aqidah Islam
 Membandingkan Aqidah, Tauhid, dan Ilmu Kalam Konsep Aqidah Islam
Menghayati makna hakiki Aqidah Islam  Menjelaskan dalil naqli dan kaidah- kaidah Aqidah Islam
 Mengidentifikasikan ruang lingkup Aqidah Islam Dalil dan ruang lingkup Aqidah Islam
Memahami makna hakiki Akhlak Islamiyah






 Menjelaskan pengertian akhlaq, etika, moral, dan budi pekerti
 Menunjukkan persamaan akhlaq, moral, etika, dan budi pekerti
 Menunjukkan perbedaan pengertian akhlaq, etika, moral, dan budi pekerti Pengertian akhlaq islamiyah
Memahami makna hakiki Akhlaq Islamiyah  Menjelaskan ruang lingkup pembahasan akhlak islamiyah
 Menjelaskan kedudukan akhlaq islamiyah Ruang lingkup dan kedudukan akhlaq
Memahami hubungan fungsional antara Aqidah dengan akhlaq  Menjalani fungsi Aqidah dalam mendasari akhlaq untuk terjadinya perilaku
 Menyebutkan contoh perilaku baik sebagai akibat dari Aqidah yang benar
 Menunjukkan adanya hubungan antara Aqidah dengan akhlaq Fungsi Aqidah Islamiyah
Memahami hubungan fungsional antara Aqidah dengan Akhlaq  Menjalani fungsi Aqidah dalam mendasari akhlaq untuk terjadinya perilaku
 Menyebutkan contoh perilaku baik sebagai akibat dari Aqidah yang benar
 Menunjukkan adanya hubungan antara Aqidah dengan akhlaq Pengaruh iman dalam kehidupan
Meyakini Allah dengan argument yang kuat

 Menjelaskan makna Iman kepada Allah
 Menguraikan makna lafadz “Laa ilaaha illallah” Konsepsi iman kepada Allah
Meyakini Allah dengan argumen yang kuat  Menjelaskan makna dalil naqli Qur’an Surah Al- A’raf (7) : 172
 Mengemukakan argumen bantahan tentang tidak benarnya orang beriman
 Menganalisis hikmah beriman kepada Allah SWT Hukum dan hikmah beriman kepada Allah
Membiasakan diri beradab Islami dan berkelakuan terpuji  Menjelaskan konsep Iffah, Musawah, dan Ukhuwah
 Memberikan contoh sikap Iffah, Musawah, dan Ukhuwah
 Menganalisis dalil naqli tentang Iffah, Musawah, dan Ukhuwah
 Menunjukkan hikmah berperilaku Iffah, Musawah, dan Ukhuwah
 Menunjukkan akibat tidak dilaksanakannya Iffah, Musawah, dan Ukhuwah Perilaku Terpuji (Iffah, Musawah, dan Ukhuwah)


Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini peneliti lebih memilih menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss. Artinya dalam satu kelas siswa dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 10 siswa. Kemudian setiap kelompok diberikan amplop yang di dalamnya berisi potongan- potongan kertas yang selanjutnya setiap kelompok diminta untuk mengurutkan potongan- potongan kertas tersebut sehingga menjadi konsep yang benar. Berikut ini adalah salah satu contohnya:
Urutkan potongan- potongan kertas di bawah ini sehingga menjadi konsep yang benar!
A. Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya
B. Macam- macam syirik
C. Akibat negatif perbuatan syirik
- Syirik Akbar (syirik besar)
- Zahirun Jali (tampak nyata)
- Batirun Khafi (tersembunyi)
- Syirik Asghor (syirik kecil)
- Bersumpah dengan selain Allah
- Memakai azimat
- Mantera
- Sihir
- Peramalan
- Dukun dan tenung
- Bernadzar kepada selain Allah
- Riya’
- Syirik Ul- Ilm
- Syirik At- Tasarruf
- Syirik ul Ibadah
- Syirik ul Addah
- Sulit menerima kebenaran
- Munculnya perasaan bimbang dan ragu
- Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin kaum yang beriman
- Hanya akan memperoleh kenangan sementara
- Amalan dan harta yang dinafkahkan akan sia- sia
- Menjadi musuh Allah
- Dijanjikan mendapat siksa neraka
Setelah itu siswa secara berkelompok mengurutkan potongan- potongan kertas tersebut. Metode ini dinilai akan menjadikan guru untuk melakukan pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien. Ini dapat dibuktikan dengan
1. Guru lebih efektif dalam mengelola kelas karena dalam satu kelas akan dibuat berkelompok jadi guru lebih mudah mengontrol siswa. Selain itu juga guru akan mengetahui siswa yang aktif dan pasif.
2. Waktu lebih efisien. Biasanya dalam satu bab pelajaran dibuat dalam dua kali pertemuan tetapi dengan menggunakan metode ini akan lebih cepat. Dalam sekali pertemuan maka satu bab akan bisa diselesaikan dengan catatan siswa benar dalam mengurutkan potongan- potongan kertas tersebut menjadi konsep yang benar. Jika siswa tersebut dapat mengurutkan potongan- potongan kertas tersebut dengan benar maka metode ini dapat digunakan dalam hal pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien.


















BAB III
HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Gambaran Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang mengambil setting di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ponorogo, pelaksanaannya mengikut alur sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Aqidah Akhlak dan pelaksanaan alokasi waktu.
2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui metode Reading a Load, Talking Stick, dan Card Short dipadu dengan metode Group Discuss.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran meliputi aktifitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.














Dan seterusnya
B. Penjelasan Per Siklus
Siklus 1

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
- Menyiapkan rencana tindakan
- Menyiapkan materi
- Menyiapkan peralatan
- Menyiapkan lembaran untuk menulis jawaban - Menjelaskan materi yang akan dijelaskan secara global
- Menyuruh salah satu siswa membaca secara keras
- Menyuruh salah satu siswa untuk menerangkan kembali apa yang telah dibaca oleh temannya tadi - Mengamati perilaku siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan
- Mengamati proses kegiatan siswa
- Mencatat hasil observasi
- Mengevaluasi hasil observasi
- Menganalisis hasil pembelajaran
- Membuat rancangan metode berikutnya







Siklus 2

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
- Menyiapkan rencana tindakan
- Menyiapkan materi
- Menyiapkan peralatan meliputi tipe- x
- Menyiapkan lembaran untuk menulis jawaban - Menjelaskan materi yang akan dijelaskan secara global
- Melemparkan tipe- x kepada siswa dengan hitungan tertentu
- Menyuruh siswa untuk menerangkan materi bagi yang terkena lemparan terakhir - Mengamati perilaku siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan
- Mengamati keseriusan siswa dalam belajar - Mencatat hasil observasi
- Mengevaluasi hasil observasi
- Menganalisis hasil pembelajaran
- Membuat rancangan metode berikutnya







Siklus 3

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
- Menyiapkan rencana tindakan
- Menyiapkan materi
- Menyiapkan peralatan meliputi amplop yang di dalamnya berisi potongan- potongan materi
- Menyiapkan lembaran untuk menulis jawaban - Menjelaskan materi yang akan dijelaskan secara global
- Membentuk 4 kelompok @ 10 anak
- Memberikan amplop kepada masing kelompok
- Tiap kelompok mendiskusikan potongan materi dalam amplop yang kemudian diurutkan menjadi konsep yang benar
- Memberikan kertas polio untuk menuliskan urutan yang benar
- Membantu secukupnya kepada masing- masing kelompok
- Melaksanakan diskusi kelas
- Menarik kesimpulan - Mengamati perilaku siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan
- Memantau diskusi kerjasama antar kelompok
- Mengamati proses kegiatan siswa dalam kelompok
- Mengamati catatan pemahaman masing- masing anak
- Mencatat hasil observasi
- Mengevaluasi hasil observasi
- Menganalisis hasil pembelajaran
- Menyusun laporan
C. Proses Analisis Data Per Siklus
Siklus I
Dalam proses pembelajaran siklus pertama pengenalan materi dilakukan dengan reading a load, kemudian dilanjutkan dengan presentase yang materinya dikembangkan dari LKS. Hasil penelitian menunjukkan :
Siswa Aktif : 12 siswa
Siswa Kooperatif : 10 siswa
Siswa Menyelesaikan Tes : 12 siswa
Interprestasi
Pengenalan materi perlu diperjelas. Karena materi awal belum begitu dikuasai, akibatnya proses pembelajaran belum maksimal.

Siklus II
Pengenalan materi dilakukan dengan metode talking stick jadi bagi siswa yang terkena lemparan harus mempresentasikan di depan kelas. Hasilnya sebagai berikut
Siswa Aktif : 15 siswa
Siswa Kooperatif : 12 siswa
Siswa Menyelesaikan Soal : 20 siswa
Interprestasi
Pada siklus kedua ini hasil observasi menunjukkan siswa yang aktif hanya yang mendapat lemparan tipe- x saja.







Siklus III
Pada siklus ini menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss. Adapun hasilnya sebagai berikut :
Siswa aktif
Kelompok I : 9 Anak
Kelompok II : 10 Anak
Kelompok III : 10 Anak
Kelompok IV : 10 Anak
Siswa Kooperatif
Kelompok I : 10 Anak
Kelompok II : 10 Anak
Kelompok III : 9 Anak
Kelompok IV : 10 Anak
Siswa Menyelesaikan Soal
Kelompok I : 10 Anak
Kelompok II : 10 Anak
Kelompok III : 10 Anak
Kelompok IV : 10 Anak

Interprestasi
Pada pembelajaran menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss ternyata hasil pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan yakni pengelolaan kelas menjadi efektif karena siswa dibagi dalam 4 kelompok kerja jadi guru lebih mudah memantau, mengamati, mengawasi, dan membimbing. Selain itu juga menjadi efisien karena materi pelajaran yang semula dijadikan dua kali pertemuan dengan metode ini dalam sekali pertemuan dapat diselesaikan dengan hasil yang sesuai dengan harapan.




D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dengan menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Aktivitas Siswa Siklus I 12 30 %
II 15 37,5 %
III 39 97,5 %
Ketrampilan Kooperatif Siklus I 10 25 %
II 12 30 %
III 39 97,5 %
Hasil Prestasi Belajar Siklus I 12 30 %
II 20 50 %
III 40 100 %

Salah satu observasi selain tiga hal yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah ternyata siswa lebih suka belajar dengan menggunakan metode yang menggunakan unsur permainan jadi mereka tidak menyadari jika mereka sedang belajar walaupun hanya dengan mengurutkan potongan- potongan kertas sehingga menjadi konsep yang benar. Dan ternyata dengan menggunakan metode tersebut menunjukkan hasil yang sangat luar biasa.

Grafik Hasil Penelitian








BAB IV
PENUTUP

B. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan pengelolaan kelas menjadi efektif dan efisien
2. Aktifitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss menjadi lebih semangat
3. Keberhasilan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss terhadap pengelolaan kelas yang efektif dan efisien dapat dibuktikan dengan nilai siswa yang sangat memuaskan dan waktu pembelajaran yang relatif lebih cepat.
C. Saran
Dari kesimpulan di atas dapat disarankan hal- hal sebagai berikut
a. Pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini hanya menggunakan cara- cara konvensional sudah waktunya diganti dengan teknik yang inovatif seperti metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss.
b. Dengan melihat hasil dari metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss ini maka tentunya bisa dikembangkan dengan pendekatan model/ variasi (inovasi) pembelajaran lainnya.









DAFTAR PUSTAKA

Bahri Djamarah, Syaiful Drs dan Zain, Aswan Drs,1996. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Gulo, W, 2002. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana.
Silberman, Melvin, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung, Nusa Media.
Sudirman dkk, 1992. Ilmu Pndidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta.
Suparlan, 2006. Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta, Hikayat.
Taufikurokhman dan Edy Siswanto, Moch, 2005. Aqidah Akhlaq Madrasah Aliyah, Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Timur.
Usman, Uzer moh, Drs, 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Wuryani Djiwandana, Sri Esti, 2002. Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Gramedia Mediasarana.














Lampiran
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA MENGGUNAKAN DOKUMENTASI

Judul Penelitian Tindakan Kelas : Upaya Pengelolaan Kelas Melalui Metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss
Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas X D MAN 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/
2009
Peneliti/ Peserta PPLK II : Muh. Kasyful Abrori
Hari/ Tanggal Penelitian : Rabu/ 19 November 2008
Siklus : Ketiga (III)
Waktu Pengamatan : Pukul 11. 00 WIB – 11. 45 WIB
Tempat Pengamatan : Kelas X D MAN 2 Ponorogo
Kompetensi Dasar : 3. 3 Memahami Syirik dalam Islam
Indikator : 3. 3. 1 Siswa mampu menjelaskan pengertian syirik
3. 3. 2 Siswa mampu mengidentifikasi macam- macam syirik
3. 3. 3 Siswa mampu menunjukkan perilaku orang yang berbuat syirik
3. 3. 4 Siswa mampu menjelaskan akibat perbuatan syirik

BUKTI DOKUMENTASI





REFLEKSI Dalam siklus pertama ini dengan menggunakan metode Reading a Load dinilai kurang efektif di dalam pengelolaan kelas. Sehingga dalam siklus pertama ini kompetensi dasar dan indikator tidak dapat tercapai dengan baik. Jadi diperlukan lagi siklus kedua, siklus ketiga, dan seterusnya.


BUKTI DOKUMENTASI





REFLEKSI Dalam siklus kedua ini dengan menggunakan metode Talking Stick dinilai belum efektif di dalam pengeloaan kelas. Sehingga dalam siklus kedua ini kompetensi dasar dan indikator belum dapat tercapai dengan baik. Jadi perlu diperlukan lagi siklus ketiga, siklus keempat, dan seterusnya.


BUKTI DOKUMENTASI





REFLEKSI Dalam siklus ini mencerminkan bahwa menggunakan metode Card Short dipadu dengan metode Group Discuss dinilai sangat efektif dan efisien dalam pengeloaan kelas. Sehingga dalam siklus ketiga ini kompetensi dasar dan indikator dapat tercapai dengan hasil sangat memuaskan. Jadi sudah tidak diperlukan lagi siklus keempat, siklus kelima, dan seterusnya.


DOKUMENTASI

Jumat, 16 Januari 2009

Konsep Kurikulum Menurut Al- Ghazali

Kurikulum pendidikan yang disusun Al- Ghazali sesuai dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan, yakni mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Al- Ghazali, mendekatkan diri kepada Allah merupakan tolak ukur kesempurnaan manusia, dan untuk kesan ada jembatan yang disebut ilmu pengetahuan. Jika ilmunya banyak dan sempurna, ia akan semakin dekat kepada Allah dan semakin menyerupai malaikat (Fatihatul Ulum, hal. 5)
Mengurai kurukulum pendidikan menurut Al- Ghazali, ada dua hal yag menarik bagi kita. Pertama, pengklasifkasiannya terhadap ilmu pengetahuan yang sangat terperinci dan segala aspek yang terkait dengannya dan kedua, pemikirannya tentang manusia berikut segala potensinya yang dibawanya sejak lahir. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan kurikulum, Al- Ghazali mendasarkan pemikirannya bahwa kurikulum pendidikan harus disusun dan selanjutnya disampaikan kepada murid sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan psikisnya.
Konsep kurikulum Al- Ghazali berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan. Ilmu menurut Al- Ghazali dibagi tiga bagian, sebagai berikut:
1. Ilmu- ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang tidak ada manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum, dan ilmu ramalan.
Al- Ghazali menilai ilmu tersebut tercela karena ilmu tersebut terkadang dapat menimbulkan mudharat (kesusahan) baik bagi yang memilikinya, maupun bagi orang lain.
2. Ilmu- ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam- macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara- cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridhai- Nya. Al- Ghazali membagi dua ilmu model kedua ini yaitu :
a. Wajib ‘aini 
Ilmu yang wajib ‘aini bagi setiap muslim itu adalah ilmu- ilmu agama dengan segala jenisnya, mulai dari kitab Allah, ibadah yang pokok seperti sholat, puasa, zakat, dan sebagainya. Menurut Al- Ghazali ilmu yang wajib ‘aini itu adalah ilmu tentang cara mengamalkan amalan yang wajib. 
b. Wajib kifayah. 
Ilmu yang termasuk fardlu kifayah adalah semua ilmu yang mungkin diabaikan untuk kelancaran semua urusan seperti ilmu kedokteran yang menyangkut keselamatan hidup atau ilmu hitung yang sangat diperlukan dalam hubungan dengan muamalah.
3. Ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit dan tercela jika dipelajarinya secara mendalam, karena dengan mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan terjadinya kekacauan antar keyakinan dan keraguan, serta dapat membawa kepada kekafiran, seperti ilmu filsafat. Mengenai ilmu filsafat dibagi oleh Al- Ghazali menjadi ilmu matematika, ilmu logika, Illahiyat, fisika, politik, dan etika.